Minggu, 07 Maret 2010

Keuntungan Metro Ethernet

Dari berbagai macam sumber ataupun website, banyak sekali keuntungan yang di dapat dari teknologi Metro Ethernet Network baik dari pihak penyedia jasa layanan atau services provider ataupun para penggunanya. Berikut manfaat yang diperoleh oleh penyedia dan para pengguna jaringan Metro Ethernet ini:

a. Nilai ekonomis yang tinggi


Dalam implementasinya, teknologi Metro Ethernet ini sudah lama dikenal oleh masyarakat luar sebagai salah satu teknologi yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi atau murah, bahkan dalam maintenance dan pengembangannya. Dengan teknologi Metro Ethernet para penyedia jasa layanan dan para pengguna dapat mengurangi biaya invertasi dan biaya operasional.

Beberapa alasan yang menyebabkan teknologi Metro Ethernet mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, yaitu:
- Penggunaannya yang luas, bahkan hampir semua perangkat jaringan menggunakan teknologi ini, sehingga harga perangkat berbasis teknologi Metro Ethernet ini sangat bersaing di pasaran. Para pengguna dapat bebas memilih perangkat yang sesuai dengan dana dan juga kebutuhan pengguna.
- Pelayanan Metro Ethernet murah dan bahkan bisa dikatakan lebih murah daripada servis teknologi WAN yang sekarang ada seperti harga perangkat penyedia jasanya yang relatif murah dan juga maintenancenya yang tidak sulit dan memakan biaya banyak. Biasanya untuk menyelenggarakan jasa Ethernet service, pengguna tidak membutuhkan sebuah perangkat multiplexer yang mahal atau perangkat router yang canggih.
- Fleksibilitas juga merupakan salah satu faktor mengapa Metro Ethernet sangat menguntungkan baik untuk digunakan oleh end user maupun untuk dijual kembali oleh penyedia jasa. Dengan menggunakan pelayanan Ethernet yang disediakan oleh teknologi jaringan Metro Ethernet, para penyedia jasa dapat lebih leluasa membuat produk-produk servis untuk dijual ke pengguna. Dan dari sisi pengguna hal ini juga sangat menguntungkan karena mereka disuguhkan dengan banyak pilihan sehingga mereka bisa memilih mana yang paling cocok dan efisien bagi mereka.

b. Kesenangan penggunanya

Teknologi komunikasi data jenis ini memang telah merambah kemana-mana penggunaannya, sehingga telah dikenal secara luas dan banyak yang sudah familiar dengan sifat, kekurangan dan kelebihannya. Perangkat-perangkat pendukungnya pun tidak perlu dipertanyakan lagi keberadaannya, sebab kini hampir semua perangkat komunikasi data, khususnya untuk keperluan LAN, MAN dan juga WAN yang sederhana pasti menggunakan interface Ethernet. Bahkan beberapa perangkat rumah tangga yang tergolong perangkat canggih juga dilegkapi dengan interface ini untuk berinteraksi dengan komputer. Selain tiu Operation, Administration, Maintenance, dan Provisioning (OAM&P) dari teknologi ini juga sudah tidak asing lagi bagi para penyedia jasanya, seperti halnya melakukan OAM&P pada jaringan lokal saja.

Keunggulan layanan dengan Metro Ethernet:
1. Tingkat kehandalan tinggi dengan dukungan sitem transmisi Fiber Optic dan network yang handal
2. Keberagaman protokol aplikasi dan jenis aplikasi dengan penggunaan teknologi clear channel
3. Tingkat keamanan yang tinggi karena merupakan jaringan private
4. Jaminan bandwidth karena dalam jaringan private

Konfigurasi Metro Ethernet Pada Jaringan Speedy

Pada jaringan layanan internet speedy, Metro-E dijadikan sebagai jaringan atau perangkat uplink dari DSLAM. Perangkat-perangkat DSLAM yang berperan sebagai multiplekser data dari CPE (Customer Permises Equipment), digabungkan pada jalur data yang lebih lebar yakni Metro-E. Seperti pembahasan sebelumnya, Metro-E memiliki bandwidth hingga 10Gbps/core, artinya peran untuk menyokong jaringan speedy untuk sebuah wilayah perkotaan (Metropolitan) bukanlah beban yang berarti. Dengan kemampuan dan kehandalan seperti itu perangkat Metro-E bahkan tidak perlu memakan banyak space atau ruang, berbeda halnya apabila perangkat transport yang digunakan masih berbasis SDH.

Gambar Perangkat Metro-E

Perangkat Metro-E ditempatkan pada setiap STO (Sentral) dan saling terhubung dengan topologi Ring (melingkar). DSLAM yang berada di bagian sentral maupun yang berada di bagian Remote dihubungkan dengan perangkat Metro menggunakan Patch cord melalui terminasi OTB. Prinsip koneksi fisik antara DSLAM dan Metro-E dapat dilakukan secara langsung (DSLAM <-->Metro-E) atau pun melalui perantara Agregator (DSLAM<-->Agregator<-->Metro-E).

Agregator adalah perangkat berupa switch yang fungsinya meng-agregasi (menggabungkan) koneksi beberapa DSLAM sebelum masuk ke Port Metro-E. Penggunaan Agregator dilakukan apabila DSLAM terlampau banyak dan khawatir apabila port koneksi Metro-E tidak mencukupi. Namun pada kenyataannya di lapangan, agregator jarang digunakan karena port interface yang dimiliki Metro-E sudah sangat memadai atau cukup banyak. Sebagai contoh pada Jaringan Metro Akses Semarang, agregator hanya digunakan pada satu lokasi STO yaitu STO Ungaran.

Gambar Konfigurasi Metro-E pada jaringan speedy

DSLAM berbasis IP seperti yang tertera pada gambar di atas memiliki peran memisahkan (filter) antara layanan suara dan data. Layanan suara masuk ke perangkat TDM (Time Division Multiplexing), sementara layanan data masuk ke Metro-E. Berbeda dengan DSLAM model lama yang berbasis ATM (Asynchronous Transfer Mode), data yang ditransmisikan dengan transport SDH (STM-4) bersamaan dengan suara dipisah di bagian sentral dan konversi dengan modul IPUL (IP UpLoad) sebelum masuk ke Metro-E. Mekanisme demikian memang harus dilakukan mengingat Metro-E merupakan perangkat yang menggunakan teknologi IP.

Mengapa Metro-E disusun dengan topologi Ring? Secara logika, pertanyaan ini dapat dijawab demikian: ”Apabila satu perangkat Metro-E yang berada pada topologi mengalami down, maka koneksi tidak akan putus begitu saja karena data dapat dilewatkan pada jalur lainnya.” Alasan tersebut adalah logika yang menyangkut dari segi proteksi. Lebih rincinya, keunggulan penggunaan topologi ring ini didasari oleh hal-hal berikut:

• Network Delay

Network delay dalam konteks ini adalah delay protection and recovery dan minimum maksimum transport delay di dalam network yang berbeda. Topologi dan ukuran network termasuk jumlah trafik mempunyai dampak yang besar dalam delay network. Perbandingan delay dari berbagai aspek dapat dilihat dalam tabel berikut: (RPR=Risilient Packet Ring)

(Source : VTT Technical Research Center of Finlad)
Tabel Perbandingan Network Delay


Resilient Packet Ring (RPR) adalah protokol Media Access Control (MAC) yang didesain untuk melakukan optimalisasi pengelolaan bandwidth dan memfasilitasi penggelaran layanan data melalui network ring. RPR beroperasi di atas teknologi transport seperti GbE atau SDH. RPR menyediakan proteksi (dibawah 50ms) dengan dua methoda yang berbeda, steering dan wrapping. RPR node dapat memilih paket yang dialamatkan kepada RPR dari ring dengan fungsi DROP, dan dapat melakukan insert data ke dalam ring dengan ADD function. RPR menjawab persyaratan Quality of Service (QoS) dengan tiga tingkatan QoS. Paket yang dikirimkan melalui ring diberi label dengan prioritas High, Medium atau Low.

• Throughput

Dalam kontek ini throughput berarti jumlah data yang dapat dikirim oleh aplikasi tanpa menghitung transport frames dan network management messages. Jumlah overhead dan control bervariasi tergantung dari teknologi yang digunakan, dan biasanya maksimal 15 persen tergantung pada ukuran paket data.
Ketika membandingkan teknologi transpor yang berbeda, yang perlu diingat bahwa line rate tidak harus sama dengan transfer speed atau bandwidth dari teknologi.

(Source : VTT Technical Research Center of Finlad)
Tabel Perbandingan Throughput


Network Management menyediakan beberapa trafik ekstra, khususnya dalam kondisi gangguan. Namun demikian dalam kondisi trafik normal, network management tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap nilai throughput.

• Proteksi

Kemampuan proteksi dari suatu teknologi sangat penting dan tergantung pada topologi jaringan yang digunakan. Seperti yang di bahas sebelumnya, topologi ring memberikan proteksi yang memang tidak terlalu handal namun harganya murah.

(Source : VTT Technical Research Center of Finlad)
Tabel Perbandingan Proteksi


• Pembangunan

Komponen biaya jaringan bagi operator adalah biaya pembangunan dan pemeliharaan. Untuk network yang telah lama, saat ini operator dihadapkan pada masalah yaitu melakukan upgrade atau tetap memelihara jaringan yang telah ada, dan kedua-duanya membawa konsekuensi masing-masing. Operator lama dengan network lama dan pendatang baru yang tentunya tanpa dibebani network lama tentunya mempunyai skenario yang berbeda untuk menghemat biaya.
Bagian paling mahal dalam membangun jaringan adalah penggelaran fiber, khususnya apabila diperlukan dug untuk melindung fiber. Dan akan banyak uang yang dihemat apabila link fiber sudah tergelar. Dalam kasus perbandingan biaya ini dianggap menggunakan link network yang sudah tergelar.

(Source : VTT Technical Research Center of Finlad)
Tabel Perbandingan Biaya Pembangunan


Secara umum perbandingan cost dapat dilihat dalam tabel diatas, dan bagaimanapun juga pembangunan sangat tergantung dengan kondisi existing dan tidak bisa di generalisir.

• Kemampuan Update

Salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan ketika membangun network adalah kemampuan update di masa yang akan datang. Requirement network terus bertambah dan itu membuat jaringan yang telah kita bangun dalam waktu yang tidak lama akan kelihatan tua dan perlu segera diupdate. Isu utama biaya update adalah seberapa banyak infrastruktur lama masih dapat dipakai.
Satu lagi yang perlu diperhatikan adalah karakteristi dari update itu sendiri, apakah hanya menambah kemampuan bandwidth atau memang menawarkan fitur baru. Mengacu pada hal tersebut semua teknologi yang dibahas menawarkan kemampuan update dimasa depan. Dan saat ini perangkat GbE memiliki kemampuan update yang lebih mudah dan murah dibandingkan dengan teknologi yang lain.

(Source : VTT Technical Research Center of Finlad)
Tabel Perbandingan Kemudahan Update

Cara Kerja Metro Ethernet

Metro ethernet merupakan sebuah teknologi jaringan yang menggunakan metode transmisi Baseband yang mengirim sinyalnya secara serial 1 bit pada satu waktu. Metro Ethernet beroperasi dalam modus half-duplex, yang berarti setiap station dapat menerima atau mengirim data tapi tidak dapat melakukan keduanya secara sekaligus.

Metro Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection untuk menentukan station mana yang dapat mentransmisikan data pada waktu tertentu melalui media yang digunakan. Dalam jaringan yang menggunakan teknologi Ethernet, setiap komputer akan "mendengar" terlebih dahulu sebelum "berbicara", artinya mereka akan melihat kondisi jaringan apakah tidak ada komputer lain yang sedang mentransmisikan data. Jika tidak ada komputer yang sedang mentransmisikan data, maka setiap komputer yang mau mengirimkan data dapat mencoba untuk mengambil alih jaringan untuk mentransmisikan sinyal. Sehingga, dapat dikatakan bahwa jaringan yang menggunakan teknologi Ethernet adalah jaringan yang dibuat berdasrkan basis First-Come, First-Served, daripada melimpahkan kontrol sinyal kepada Master Station seperti dalam teknologi jaringan lainnya.

Jika dua station akan mencoba untuk mentransmisikan data pada waktu yang sama, maka kemungkinan akan terjadi collision (kolisi/tabrakan), yang akan mengakibatkan dua station tersebut menghentikan transmisi data, sebelum akhirnya mencoba untuk mengirimkannya lagi pada interval waktu yang acak (yang diukur dengan satuan milidetik).

Semakin banyak station dalam sebuah jaringan Ethernet, akan mengakibatkan jumlah kolisi yang semakin besar pula dan kinerja jaringan pun akan menjadi buruk. Kinerja Ethernet yang seharusnya 10 Mbit/detik, jika dalam jaringan terpasang 100 node, umumnya hanya menghasilkan kinerja yang berkisar antara 40% hingga 55% dari bandwidth yang diharapkan (10 Mbit/detik). Salah satu cara untuk menghadapi masalah ini adalah dengan menggunakan Switch Ethernet untuk melakukan segmentasi terhadap jaringan Ethernet ke dalam beberapa collision domain. Dimana collision domain ini mempercepat pengiriman data pada jaringan.

Metro Ethernet Network

Dunia semakin membutuhkan komunikasi yang cepat dan tepat, namun tidak harus menjadi repot dan mahal. Semua jenis komunikasi dapat dibawa dalam satu media pembawa, tidak peduli apakah itu suara, video, teks, grafik, data, dan lainnya (kebutuhan seperti ini sering disebut dengan istilah Triple Play). Media yang mampu melayani kebutuhan seperti inilah yang disebut Next Generation Network atau sering disingkat NGN. Untuk menjawab kebutuhan Triple Play tersebut, para perancang teknologi komunikasi telah menciptakan berbagai teknologi yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Aplikasi Next Generation Network sangat membutuhkan sebuah jaringan yang dapat dilewati data dalam jumlah yang sangat besar, dapat melakukan transfer data dengan sangat cepat, lebih kebal terhadap masalah-masalah komunikasi, dan yang terpenting haruslah murah dan mudah dalam implementasinya. Salah satu teknologi yang mampu melayani kebutuhan ini adalah teknologi Metro Ethernet Network.

3.1 Layanan Triple Play

Triple Play atau yang secara harfiahnya dapat diartikan sebagai “tiga permainan” sebenarnya merupakan julukan bagi kebutuhan para pengguna teknologi komunikasi akan jalur komunikasi data yang cepat, lebar, dan dapat memainkan berbagai macam peranan bagi mereka. Triple Play merupakan bentuk kebutuhan akan komunikasi yang sangat tinggi. Kebutuhan komunikasi yang tinggi ini adalah komunikasi yang melibatkan komunikasi bentuk data, suara, dan video. Semua harus dapat bekerja dan berkonvergensi antara sesamanya, dan yang terpenting semua itu harus dapat difasilitasi oleh satu servis saja.

Secara sederhana, Triple Play adalah sebuah kebutuhan akan komunikasi yang lengkap mulai dari data, suara, dan video yang dapat dirasakan hanya dengan berlangganan satu jenis media koneksi saja. Misalnya kita hanya berlangganan TV Cable saja, namun apabila jaringan provider-nya telah mendukung Triple Play, maka melalui satu servis ini kita dapat juga menikmati komunikasi data baik lewat Internet maupun lokal, dapat juga bertelepon lewat TV Cable ini, dan dapat juga melakukan video converence atau menonton film yang dibeli dari servis Video on Demand. Semua itu hanya melewati satu servis saja, namun kecepatan transfer dan lebarnya bandwidth telah mencukupi untuk semua itu.

3.2 Teknologi Metro Ethernet sebagai next generation network pendukung Triple Play

Dalam pembuatan suatu teknologi yang hebat, kerja sama yang antara layer fisik dan layer logika adalah sangat di perlukan. Layer fisik atau carrier yang dapat mengirimkan data, suara, dan video end-to-end ke client dengan cepat dan bebas gangguan harus diikuti dengan teknologi layer 2 atau layer 3 yang memiliki algoritma dan manajemen yang baik dalam melakukan forwarding dan routing data tersebut. Perpaduan yang paling cocok dan efektif dari ketiga layer unsur tersebut (Physical layer, Datalink layer, dan Network layer) akan menciptakan sebuah jaringan next generation network yang hebat yang mampu mendukung kebutuhan Triple.

Semua teknologi yang dimiliki oleh setiap layer tentunya mempunyai suatu kekurangan dan kelebihan tersendiri jaringan ini. Ada yang mampu memenuhi semua kebutuhan akan data dan ada juga yang tidak, namun dapat memenuhi kebutuhan pengguna lain. Perpaduan yang paling populer saat ini biasanya yang digunakan adalah perpaduan antara media fiber optik dengan membawa frame-frame komunikasi berformat Ethernet dan diatur dalam sistem VLAN. Semua teknologi tersebut dipadukan kemudian dibungkus dan diberi label sebagai teknologi Metro Ethernet.

Konsep Metro Ethernet

Pada metropolitan area, perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan teknologi Metro Ethernet untuk menghubungkan kantor-kantor cabang mereka ke dalam sistem intranet yang ada di dalam perusahaan tersebut. Jaringan Metro Ethernet umumnya didefenisikan sebagai bridge dari suatu jaringan atau menghubungkan wilayah yang terpisah juga menghubungkan LAN dan WAN atau backbone network yang umumnya dimiliki oleh service provider.

Jaringan Metro Ethernet, secara harfiah berarti jaringan komunikasi data yang berskala metro (skala untuk menjangkau satu kota besar seperti Kota Semarang misalnya) dengan menggunakan teknologi Ethernet sebagai protokol transportasi datanya. Begitu pula arti sebenarnya, teknologi Metro Ethernet merupakan salah satu perkembangan dari teknologi Ethernet yang dapat menempuh jarak yang luas berskala perkotaan dengan dilengkapi berbagai fitur yang seperti terdapat pada jaringan Ethernet umumnya. Sehingga jaringan yang berskala metro dapat dibentuk dengan menggunakan teknologi Ethernet biasa.

Metro Ethernet menggunakan protokol atau teknologi yang sama persis dengan Ethernet/Fast Ethernet pada LAN tetapi ada penambahan beberapa fungsi sehingga dapat digunakan untuk menghubungkan dua lokasi (dua LAN) dengan jarak puluhan bahkan ratusan kilometer. Sebenarnya Metro Ethernet adalah jenis Broadband Wired (Kabel Broadband) karena speed/kecepatan/bandwidthnya sudah besar yaitu 10/100 Mbps, bahkan 1/10 Gigabps.

Teknologi Ethernet dipilih untuk jaringan berskala metro dikarenakan teknologi Ethernet telah digunakan secara luas oleh masyarakat, terutama dalam LAN. Interface Ethernet telah tersebar ke mana-mana dan keberadaannya sangat banyak. Selain itu, bandwidth yang ditawarkan oleh teknologi ini juga dapat dengan mudah diperbesar. Hingga kini teknologi Ethernet yang perangkatnya telah banyak beredar di pasaran telah mencapai bandwidth tertinggi sebesar 10 Gigabit per Second. Namun, Ethernet juga menyediakan teknologi Ethernet dengan bandwidth 10 Mbps, 100 Mbps, dan 1000 Mbps.

Metro ethernet merupakan salah satu solusi teknologi untuk High End Market (HEM) dalam memberikan solusi terintegrasi untuk layanan voice, data dan video. Metro ethernet network memiliki karakteristik antara lain :
- Teknologi IP optik berbasis Synchronous Digital Hierarchy atau Ethernet.
- Dapat mengakomodasi layanan berupa voice, data, high speed internet access dan video
- Kecepatan tinggi hingga Gigabit Ethernet/1000Mbps

Teknologi Jaringan berskala Metro

Pada area jaringan metropolitan saat ini tumbuh dan berkembang beberapa teknologi yang memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kehadiran teknologi-teknologi baru ini menyebabkan operator memiliki berbagai alternatif pilihan untuk implementasi teknologi NGN di area metropolitan.

Perkembangan dan trend trafik data yang sangat cepat telah mendorong semakin terbatasnya kapasitas dari bandwidth sistem transport eksisting. Teknologi SDH merupakan sistem transport yang saat ini mendominasi transport eksisting. Keberadaannya didisain dan diimplementasikan untuk secara optimal menyalurkan trafik suara dengan jaringan sirkit switch.

Dengan konsep demikian, hal ini akan menjadi permasalahan saat melakukan provisioning layanan baru berbasis data, karena jaringan eksisting hanya dioptimalkan untuk sirkit switch dan tidak scalable untuk trafik data. Oleh karena itu berbagai riset dan pengembangan teknologi dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan transport berbasis packet di area metro yang antara lain: delivery layanan suara dan data, kapasitas memadai dan scalable, kemampuan provisioning layanan data, reliable dan secure.

Beberapa teknologi tersebut adalah SDH STM-64, NG-SDH, xWDM, MPLS, Metro Ethernet, Wimax. Overview Teknologi tersebut adalah sebagai berikut.

1.1 Teknologi SDH STM-64

Teknologi SDH STM-64 yang saat ini memiliki format sinyal dengan kemampuan bit rate tertinggi dalam struktur frame SDH pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan teknologi (struktur frame STM-1 x n) pendahulunya. Secara lebih jelasnya struktur frame STM-64 diperlihatkan pada Gambar dibawah. Dalam gambar tersebut ditunjukkan bahwa jumlah AU4, overhead dan payload pointer adalah 64. Di mana ke 64 payload (AU-4) tersebut dimultipleks dan diposisikan pada frame STM-64 pada posisi payload yang besarnya 261 x 64 byte. Demikian pula untuk overhead-nya, baik RSOH dan MSOH akan menempati 9 x 64 kolom pertama dalam struktur frame STM-64.

Gambar 5.1 Struktur Frame STM-64
Besar kapasitas maksimal yang dapat disalurkan oleh SDH STM-64 adalah 10 Gbps (one way). Sistem proteksinya (reliabilitas) dan sekuritas tetap mengikuti sistem proteksi SDH. Dan kebutuhan akan layanan berbasis data dipenuhi dengan koneksi interface tributary perangkat SDH STM-64 dengan router atau packet switch. Provisioning layanan packet tetap dilakukan oleh perangkat packet switch, perangkat SDH hanya difungsikan sebagai penyedia ‘pipa’.

1.2 Teknologi Next Generation SDH (NG-SDH)

Konsep Next Generation SDH adalah menggabungkan kemampuan menyalurkan trafik kapasitas besar dari SDH dengan potensi trafik yang dimiliki protokol IP. SDH adalah protokol layer fisik (layer 1) sedangkan IP adalah layer network (layer 3). Oleh karena itu untuk mentransportasikan IP diatas SDH diperlukan layer 2 (layer data link) sebagai media perantara kedua layer tersebut. Untuk memenuhi keperluan tersebut maka dikembangkan Point-to-Point Protocol (PPP). PPP merupakan standar yang dikeluarkan oleh IETF. Proses pemetaan paket IP pada SDH terjadi dalam dua tahap, yaitu: tahap pertama paket IP dimasukan ke frame PPP dan tahap kedua frame PPP dipetakan pada payload SDH VC-4/SDH_HO (High Order atau n x STM1). Keuntungan menggunakan ‘IP over SDH’ dibandingkan dengan ‘IP over ATM’ adalah pengurangan overhead (bisa mencapai 10%-30%). Tetapi walaupun begitu, POS dan IP over ATM tetap tak bisa mengatasi masalah keterbatasan pengalamatan dan QoS pada jaringan IP secara tuntas.

Gambar 5.2 Teknologi Next Generation SDH
Besar kapasitas maksimal yang dapat disalurkan oleh NG-SDH adalah 10 Gbps (one way). Sistem proteksinya (reliabilitas) dan sekuritas tetap mengikuti sistem proteksi SDH. Dan kebutuhan akan layanan berbasis data dipenuhi dengan interface 10/100 base-T atau 1000 BaseT.

1.3 Teknologi xWDM

Prinsip kerja dasar dari xWDM (DWDM dan Coarse WDM/CWDM) adalah mentransmisikan kombinasi sejumlah panjang gelombang yang berbeda dengan menggunakan perangkat multiplex panjang gelombang optik dalam satu fiber. Pada sisi penerima terjadi proses kebalikannya dimana panjang gelombang tersebut dikembalikan ke sinyal asalnya.

Gambar 5.3 Sistem Transmisi Multi Panjang Gelombang (xWDM)
Perbedaan yang paling mendasar antara CWDM dan DWDM terletak pada channel spacing (parameter jarak antar kanal) dan area operasi panjang gelombangnya (band frekuensi). CWDM memanfaatkan channel spacing 20 nm yang lebih memberi ruang kepada sistem untuk toleran terhadap dispersi.

Tabel 5.1 Perbandingan CWDM dan WDM
Besar kapasitas maksimal yang dapat disalurkan oleh xWDM adalah n x 2,5 Gbps atau n x 10 Gbps tergantung jumlah panjang gelombang (l) yang mampu disalurkan pada satu fiber (ITU-T sudah menspesifikasi sampai dengan 80l). Sistem proteksinya (reliabilitas) dan sekuritas tetap mengikuti sistem proteksi SDH. Dan kebutuhan akan layanan berbasis data dipenuhi dengan mentransformasikan trafik berbasis paket menjadi format panjang gelombang(l).

1.4 Teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS)

Teknologi MPLS diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dari jaringan IP. Ide dasar dari pengembangan MPLS adalah menggunakan “label” untuk melakukan mekanisme switching di tingkat IP. Hal ini berbeda dengan jaringan IP yang menggunakan pengalamatan IP sebagai dasar mekanisme switching dan jaringan ATM yang menggunakan Virtual Circuit Identifier sebagai dasar mekanisme switching. Di dalam jaringan yang menggunakan protokol MPLS, paket yang masuk kedalam jaringan MPLS terlebih dahulu diberi “label”. Label yang diberikan dapat disusun dari berbagai variasi kriteria sesuai dengan yang diinginkan oleh Service Provider/pengguna. Berdasarkan label yang diberikan ini maka jaringan yang menggunakan protokol MPLS akan memperlakukan paket tersebut sesuai dengan nilai yang melekat pada label tersebut (high priority, low priority, dan lainnya). Hingga saat ini belum ada standard MPLS yang berlaku atau yang dapat diacu (bersifat non proprietary), dikarenakan belum diselesaikannya penyusunan beberapa hal penting yang menjadi dasar penyusunan standar oleh organisasi yang berwenang

Gambar 5.4 Multi Protocol Label Switching
Besar kapasitas maksimal yang dapat disalurkan oleh MPLS tiap interface-nya adalah 10 Gbps. Sistem proteksinya (reliabilitas) dilakukan dengan alternatif route dan dual homing, dan metode proteksi path yang umum pada jaringan IP.

1.5 Teknologi Metro Ethernet


Pada awalnya ethernet digunakan dalam teknologi akses, menyediakan akses internet atau interface user ke network. Sampai saat ini kondisi tersebut masih berjalan tetapi standar ethernet dikembangkan untuk mampu melayani layanan data pada jaringan transport. Fungsi-fungsi layanan pada teknologi ethernet sebagai jaringan transport merupakan hasil pengmbangan yang terus-menerus. Fokus utama dari trend teknologi Metro Ethernet adalah pada Carrier Ethernet, yaitu kemampuan jaringan berbasis pada Ethernet dengan pengembangan fitur dan kemampuan setara TDM based.

Gambar 5.5 Layanan Berbasis Metro Ethernet
Metro Ethernet akan mengisi posisi jaringan metro dalam konsep NGN/IMS dengan implementasi layer-2. Layanan berbasis ethernet dan ditransportasikan pada metro ethernet dengan 3 skema:
- Point to Point
- Point to Multipoint
- Multipoint to multipoint
Sebagai teknologi yang berkembang dari akses menuju transport ada beberapa isu jaringan yang terus dibenahi oleh teknologi metro ethernet, yaitu:
- End to End QoS
- Scalability
- Protection (50 ms, end to end Protection)
- Untuk proteksi saat ini berkembang beberapa teknologi pendukungnya seperti RPR, EAPS dan ERP.
- TDM Support (Seamless dan Circuit Emulation).
- OAM&P of Ethernet in the metro

Gambar 5.6 Arsitektur Berbasis Metro Ethernet (Source: Metro Ethernet Forum)
Besar kapasitas maksimal yang dapat disalurkan oleh Metro Ethernet tiap interface-nya adalah 10 Gbps. Sistem proteksinya (reliabilitas) dilakukan dengan RPR, EAPS, ERP.
Metro Ethernet merupakan teknologi jaringan Ethernet yang diimplementasikan di sebuah metropolitan area. Perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk menghubungkan kantor-kantor cabang mereka ke dalam sistem intranet yang ada di dalam perusahaan tersebut. Jaringan Metro Ethernet umumnya didefenisikan sebagai bridge dari suatu jaringan atau menghubungkan wilayah yang terpisah juga menghubungkan LAN dan WAN atau backbone network yang umumnya dimiliki oleh service provider.

1.6 Teknologi Wimax

WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Acces) merupakan teknologi akses wireless pita lebar berstandar IEEE.802.16 yang didesain untuk memenuhi kondisi non LOS (Line of Sight) dan menggunakan teknik modulasi adaptif seperti QPSK, QAM 16, dan QAM 64. WiMAX merupakan teknologi broadband wireless access yang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan jaringan wireline untuk memenuhi kebutuhan layanan broadband akses ke pelanggan.
Aplikasi WiMAX untuk zone metro adalah seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5.7 Aplikasi MetroZone Wimax
WiMAX adalah teknologi yang memberi cakupan Servis layanan sampai 50 km dengan karakteristik sebagai berikut:
- Standar IEEE 802.16 Broadband Wireless Access
- Delivers > 1 Mbps per user
- Jarak jangkauan hingga 50 km
- Penggunaan adaptive modulation bisa mengatasi data rate yang bervariasi
- Dapat beroperasi pada non-line of sight (NLOS)
- 1.5 to 20 MHz channels
- Mendukung sessions per channel yang efisien
- Beroperasi pada licensed and unlicensed spectrum
- QoS untuk voice, video, and T1/E1
Dalam implementasinya Wimax lebih banyak dioptimalkan sebagai back haul sistem jaringan yang lain.
Memperhatikan demikian beragamnya teknologi yang dapat diimplementasikan di area metro dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka sangat perlu bagi operator untuk menentukan kebutuhannya, terutama dalam hal layanan yang akan di-deliver dan kebutuhan akan provisioning dan variasi kualitas layanan yang akan diberikan kepada pelanggan. Setelah itu baru akan didapat gambaran tentang teknologi yang cocok untuk diimplementasikan berdasarkan kriteria yang telah dibuat. Masalah interoperability dengan jaringan eksisting merupakan satu hal lain yang perlu menjadi perhatian dalam pemilihan teknologi di metro.